myspace icons

Senin, 10 Juni 2013

Uji Sitotoksik Hasil Fermentasi Kapang Endofit Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Sel MCF-7

 Cytotoxic test results Endophytic Fungus Fermentation Mahkota Dewa fruit (Phaleria macrocarpa) against MCF-7 Cells
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan
beragam tanaman obat tradisional yang memiliki
aktivitas antikanker, di antaranya adalah tanaman
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.]
Boerl.) yang telah digunakan secara empiris oleh
masyarakat untuk mengobati penyakit kanker(1).
Dalam upaya pengembangan obat tradisional,
dibutuhkan jumlah bahan tanaman yang cukup
banyak, sedangkan kemampuan sumber daya
alam dalam menghasilkan tanaman obat sangat
terbatas. Oleh karena itu dicari alternatif lain untuk
mempertahankan kelestarian tanaman obat di alam,
yaitu dengan memanfaatkan mikroba endofit(2).
Kanker merupakan salah satu ancaman utama
dalam bidang kesehatan. Di Indonesia, diperkirakan
terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap
100.000 penduduk per tahunnya. Menurut hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), kematian
yang disebabkan oleh kanker meningkat dari tahun
ke tahun yaitu 3,4% pada tahun 1980; 4,3% pada
tahun 1986; 4,4% pada tahun 1992; dan 5,0% pada
tahun 1995. Jenis penyakit kanker yang banyak
dijumpai di Indonesia saat ini antara lain kanker
payudara, kanker mulut rahim, kanker paru, kanker
kulit, dan kanker nasofaring. Informasi terakhir menyatakan
bahwa kanker payudara merupakan kanker
terbanyak kedua setelah kanker mulut rahim(1,2).
Beberapa usaha penyembuhan penyakit kanker
seperti pembedahan, radioterapi, maupun kemoterapi
pada umumnya belum mampu memberikan hasil
yang memuaskan karena efek sampingnya yang
besar dan biaya yang masih tergolong mahal. Oleh
karena itu dicari cara pengobatan alternatif, antara
lain dengan obat tradisional(3). Mikroba endofit
adalah jenis mikroba yang hidup di dalam jaringan
suatu tanaman tanpa membahayakan atau merugikan
tanaman tersebut(4). Mikroba endofit dapat diisolasi
dari jaringan tanaman dan ditumbuhkan pada medium
fermentasi(5), diduga mikroba endofit dapat menghasilkan
senyawa-senyawa bioaktif yang sama seperti
yang terkandung dalam tanaman inangnya(6). Hal ini
mulai banyak diteliti karena adanya kemungkinan
terjadi transfer genetik antara tanaman inang dengan
* Penulis untuk korespondensi, Hp 08161444566,
e-mail: enae4_dpk@yahoo.com
syarmalina 23-30.indd 23 7/27/2006 3:57:37 PM
24 SYARMALINA ET AL. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia
mikroba endofitnya, sehingga diharapkan zat-zat
yang bermanfaat pada tanaman juga bisa dihasilkan
oleh mikroba endofitnya. Apabila diperoleh mikroba
endofit penghasil senyawa bioaktif yang berpotensi,
maka proses produksi akan lebih mudah dan tidak
merusak lingkungan(7). Pengembangan akan potensi
dan pemanfaatan mikroba endofit dalam proses
industrialisasi akan menjadi modal yang berharga
bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi di Indonesia(8).
Dari hasil penelitian sebelumnya supernatan
hasil fermentasi isolat kapang endofit KVM/a dan
KIVM/b yang diisolasi dari buah mahkota dewa
terbukti mempunyai efek toksik terhadap larva udang
Artemia salina Leach. dengan metode BSLT (Brine
Shrimp Lethality Test) dengan masing-masing nilai
LC50 sebesar 18,2537 μg/ml dan 10,5836 μg/ml(9).
Suatu ekstrak tanaman atau senyawa hasil isolasi
dinyatakan sangat toksik apabila memiliki nilai LC50
< 30 μg/ml, toksik apabila memiliki nilai LC50 < 1000
μg/ml dan tidak toksik apabila memiliki nilai LC50
> 1000 μg/ml 10).
Kemudian juga telah dilakukan uji terhadap
ekstrak semipolar supernatan hasil fermentasi isolat
KVM/a dan KIVM/b kapang endofit buah mahkota
dewa yang didapatkan secara KLT preparatif dengan
uji BSLT dan terbukti memiliki aktivitas sangat
toksik karena masing-masing memiliki nilai LC50
sebesar 1,4931 μg/ml; dan 1,0337 μg/ml(11).
Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui efek
sitotoksiknya terhadap sel kanker secara in vitro.
Pada penelitian ini digunakan sel MCF-7 (sel kanker
payudara manusia) karena tingkat kejadian kanker
payudara yang tinggi di Indonesia dan pengujian
sitotoksik dengan menggunakan sel MCF-7 masih
jarang dilakukan.
BAHAN DAN METODE
BAHAN. Supernatan hasil fermentasi isolat
KVM/a dan KIVM/b kapang endofit buah mahkota
dewa, diekstraksi dengan pelarut semipolar (etil
asetat), kemudian ekstrak dievaporasi sehingga
didapat ekstrak kental.
Sel MCF-7 (sel kanker payudara manusia),
cisplatin (Platosin®), DMSO (dimetil sulfoksida),
medium kultur RPMI 1640, FCS (Fetal Calf Serum),
streptomisin, natrium bikarbonat, dinatrium hidrogen
fosfat, kalium dihidrogen fosfat, natrium klorida,
kalium klorida, air suling steril, etanol absolut,
merah netral, tripsin, biru tripan, SDS (sodium
dodecyl sulphate), kloroform, metanol, asam asetat,
n-heksan, etil asetat.
Labu kultur jaringan 25 ml (Tissue Culture
Flask, Nunclon), pelat kultur jaringan 96 sumuran
(Tissue Culture Plate 96 well, Nunclon), LAF
kabinet (Laminar Air Flow Biological Safety
Cabinet, Forma Scientific), inkubator sel dengan
aliran CO2 5% (Forma Scientific), tangki nitrogen
cair (Locator JR Thermolyne), alat suntik 3 ml
(Terumo), tabung Eppendorf 1,5 ml, pipet serologik
10 ml (Falcon), tabung sentrifuge (Falcon), alat
sentrifuge (Porta Centrifuge), penyaring steril
berdiameter pori 0,22 μm (Nalgene), mikropipet
(Eppendorf™), timbangan analitik (Precisa 300
A), pH meter (Meterlab), mikroskop (Nikon SE),
mikroskop invertir (Nikon TMS), hemositometer
(Improved Neubauer, Superior Marienfeld), ELISA
plate reader (Stat Fx 2100).
translate by yola

Tidak ada komentar:

Posting Komentar